Seri Mutiara SMA Muhammadiyah Kota Serang, Bagian Kedua
Oleh: Endang Yusro
Mutiara dari SMA Muhammadiyah Kota Serang kali ini adalah Nabila Anggraeni, teman-teman dan guru-guru biasa menyebutnya dengan Nabila.
Dari kesaksian penulis dan beberapa cerita baik dari beberapa teman maupun gurunya menginspirasi penulis membuat catatan ke-2 siswa pendiam berprestasi dari SMA Muhammadiyah di tengah keterbatasannya.
Siswa Kelas XII yang yatim – piatu dari pasangan ayah bernama Tohani dan Ibu Ucu ini ternyata baru diketahui kondisinya yang tanpa ayah dan ibu menjelang akhir sekolahnya, yaitu sesaat menjelang ujian kelulusan atau ujian akhir.
Entah karena kurangnya informasi atau sengaja Nabila merahasiakan agar tidak semua orang tau tentang lara hidupnya.
Hari-harinya selama 3 tahun dihabiskan dengan mesantren dan sekolah. Jarak pesantren dan sekolah sekitar 2 kilo yang ditempuh dengan berjalan kaki membuatnya tidak full bersekolah 5 hari dalam sepekan. Maklum jika menggunakan transportasi ojol berat diongkos.
Jika pagi dari jam 7:15 hingga siang jam 14:30 bersekolah di SMA Muhammadiyah Kota Serang, sisanya dihabiskan oleh siswa yang gemar olahraga badminton ini untuk menimba ilmu di pesantren.
Di pesantren salafi, Hubbul Qur’an al-Islami di bawah bimbingan K.H. Mad Hatta, Lc. ini disamping memperdalam hafalan Alquran juga mengkaji kitab-kitab.
Saat penulis dengan beberapa Dewan Guru SMA Muhammadiyah mengunjungi Pesantren Hubbul Qur’an al-Islami untuk pertama kalinya begitu banyak kitab dan buku terpajang di rak.
Penulis mencoba melihat beberapa rak yang ada ruangan, melihat beberapa kitab dasar seperti al-Ajurumiyah (kitab nahwu), Amtsilah at-Tashrifiyah (kitab shorof), Mushthalah al-Hadits (kitab ilmu hadis), at-Taqrib (kitab fiqh), Aqidatul Awam (kitab tauhid), dan Ta’limul Muta’alim (kitab akhlak).
Kemudian pada rak yang lain, penulis melihat beberapa kitab tasawuf, seperti: Ihya’ Ulumuddin (Imam Ghazali), Al-Hikam (Ibnu Athaillah), Minhajul Abidin (Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani), Bidayatul Hidayah (Imam Ghazali), dan Syarh Al-Hikam (Al-Hikam).
Dan pada rak yang lain terpajang buku-buku berbahasa Indonesia, seperti, Santri Milenial dan beberapa bukunya Andrea Hirata, Sang Pemimpi dan Laskar Pelangi.
Begitulah santriwati yang hafal 29 juz ini bersama Fathullah, santriwan lainnya dari pesantren Hubbul Qur’an al-Islami yang hafidz 30 juz yang juga bersekolah di SMA Muhammadiyah Kota Serang belajar kitab-kitab di bawah bimbingan sang Kiai yang sabar, dan ramah seperti saat menerima kami di pondoknya.
** Catatan tentang Fathullah pada edisi berikutnya.
Sesaat setelah tadarus yang biasa dilakukan di depan kantor guru sebelum KBM, penulis iseng-iseng menanyakan kepada Nabila, siswa yang bercita-cita menjadi pengusaha ini tentang ayat, hadis, atau ungkapan ulama/tokoh yang paling disukai.
“Bil (sebutan penulis kepada Nabila), ungkapan apa yang paling kamu sukai?” Tanya penulis setelah menanyakan beberapa pertanyaan untuk bahan catatan.
Nabila pun menjawab sambil menunjukkan kebiasaannya, tersenyum simpul, “Bila suka dengan ungkapan (qaul) ‘الادب فوق العلم’, Pak!” (Adab lebih utama daripada ilmu).
Setelah penulis menanyakan alasan, mengapa suka dengan ungkapan itu, Nabila pun mengatakan, “Orang yang belajar harus punya adab yang baik. Tidak sombong, hormat kepada guru, dan tidak merasa lebih baik dari orang lain.”
Sambil menganggukkan kepala mendengar jawaban Nabila yang sistematis untuk ukuran siswa SMA, penulis menanyakan apa makna dari ungkapan itu menurut Nabila.
Kebiasaan penulis jika memanggil seseorang (meskipun secara strata di bawah) tidak menyebut “kamu”, namun dengan nama atau panggilan, seperti juga ketika memanggil anak-anak di rumah.
“Menurut Nabila, ungkapan ‘al-adabu fauqal ilmi’ itu maksudnya apa?”
Lalu siswa yang biasa berpuasa sunah inipun menjelaskan, jika seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi tidak memiliki adab yang baik, maka ilmunya tidak akan bermanfaat. Begitu kata Pak Yai.
Demikian Mutiara dari SMA Muhammadiyah Kota Serang (Bagian II), mengakhiri catatan bahwa seseorang yang beradab, meskipun tidak memiliki banyak ilmu, akan lebih mudah dihormati dan diterima oleh orang lain karena dengan sikapnya yang santun.
Tinggalkan Balasan