Suitan Jiwa Mister AAS: Transformasi Kader adalah Proses yang Tak Pernah Berhenti
Semalam, tepat pukul 12:07 dini hari, langkah kaki meninggalkan arena LK 2 HMI di Malang. Bukan hanya tubuh yang lelah, tetapi juga pikiran yang penuh dengan percakapan dan gagasan. Seharian menjelajahi “Alam Marcopodo,” menyerap semesta, merenungi perjalanan kepemimpinan.
Tiba di rumah tercinta di Rungkut, menjelang subuh. Tubuh akhirnya mendapatkan haknya—merebah di kasur yang seolah telah lama menanti. Namun, istirahat tak berlangsung lama. Pagi pukul 08:00 WIB tadi, tanggung jawab sudah memanggil. Rapat daring membahas akreditasi Program Studi Manajemen Fakultas Hukum dan Bisnis ITB Yadika Pasuruan harus segera dituntaskan. Agenda tak pernah surut, tugas terus mengalir. Beberapa jam ke depan, kelas sudah menanti. Kali ini bukan kader HMI, melainkan mahasiswa-mahasiswa kampus yang juga punya bara semangat di dadanya.
Namun, ada yang terasa kurang. Semalam, satu aksara pun belum sempat dituliskan. Setelah berbincang dengan ratusan kader, ada keyakinan yang semakin mengakar: sumber daya manusia di negeri ini tak akan pernah kekurangan stok. Anak-anak muda luar biasa terus lahir, tumbuh, dan siap berkontribusi. Organisasi ekstra kampus seperti HMI bukan sekadar wadah, tetapi kawah candradimuka yang menempanya menjadi pemimpin masa depan.
Menjadi pemimpin bukan sekadar wacana. “Jangan banyak teori, lakukan yang kau cintai, dan cintai yang kau lakukan. Itu saja modalnya,” begitu pesan pemateri saat menutup sesi diskusi.
Semalam, ada satu pertanyaan yang menggelitik: “Apa yang akan didapatkan seseorang jika ia benar-benar menikmati proses dalam hidupnya?” Seperti biasa, dalam diskusi hijau-hitam, semua teori, referensi, dan pengalaman dilempar ke meja debat. Para kader berlomba berbicara, menunjukkan eksistensi, memantik argumen. Saya hanya tersenyum. Bukankah dulu saya juga begitu? Bahkan mungkin lebih berapi-api? Dan kini, karma itu kembali: menyaksikan anak-anak muda ini berjuang menemukan identitasnya sendiri.
Singkat kata, jawaban atas pertanyaan tadi bukan sekadar kata-kata. Yang saya dapatkan adalah air mata kebahagiaan. Melihat semangat mereka, saya sadar: proses ini nyata, transformasi ini berjalan.
Tulisan ini mungkin tak cukup untuk menggambarkan betapa bergejolaknya pikiran dan hati para kader semalam. Antusiasme mereka membedah konsep kepemimpinan bukan sekadar diskusi intelektual—itu adalah nyala api yang siap membakar keraguan dan ketakutan. Dan semuanya bermula dari satu percikan kecil: kesadaran bahwa kepemimpinan adalah perjalanan panjang, bukan sekadar posisi, tetapi transformasi diri.
Siang ini, kantuk masih mengintai. Tetapi ada yang lebih kuat dari rasa lelah—keinginan untuk mengabadikan kisah ini. Sesi rapat akreditasi telah selesai, dan di ruang inspirasi ini, aksara demi aksara terus terpahat. Karena pada akhirnya, kepemimpinan adalah perjalanan tanpa titik akhir, melainkan garis yang terus bergerak, membentuk pola baru bagi generasi berikutnya.👏👍🙏😚❤️
AAS, 6 Februari 2025
Ruang Inspirasi Rumah Rungkut Surabaya
Tinggalkan Balasan